Jumat, 29 November 2013

Nasehat Untukku


Saat engkau ingin berontak akan kekurangan yang engkau dapatkan, tersenyumlah, berharaplah ia meringankan tanggung jawab yang akan engkau pikul di hadapan Rabbmu, kewajiban-kewajibanmu yang engkau lalaikan lebih dimaklumiNya, rasa syukurmu lebih beharga, kesabaranmu lebih berarti, dan cintamu padaNya lebih bernilai. Cobalah agar engkau bisa memberi dalam keadaan sulit, menahan dalam keadaan berat, dan tersenyum dalam keadaan sakit. Mungkin ini teramat berat, membutuhkan latihan-latihan yang sulit, namun buah yang engkau dapat akan teramat manis.
Kesulitanmu membuatmu mengerti mahalnya nilai dari apa yang kau peroleh dengan susah payah. Seandainya engkau mendapatkannya dengan cuma-cuma, mungkin engkau tak mengerti harga yang terkandung di dalamnya, menjadikan engkau enggan menyimpannya, enggan merawatnya, bahkan akan engkau buang begitu saja.
Dari dosa dan khilaf yang yang kau lihat ada pada dirimu, barang kali dengannya engkau menjadi lebih ridha atas kepedihan yang menimpa. Noda yang membuatmu malu, menjadikan engkau lebih mudah untuk memaafkan, dengannya engkau lebih mengerti khilaf dan kesulitan yang dilakukan sesamamu, bahwa engkau juga pernah merasakan kesulitan serupa. Meski engkau juga merasa jijik dan menyesali kotoran ini, namun kesombongan dan keangkuhan menjadi enggan hinggap padamu.
Dari sisi kebaikanmu yang terkadang membuatmu takjub, barang kali karenanya cobaan ini datang, memaksamu untuk lebih bersimpuh di hadapanNya, untuk menyempurnakanmu, membersihkanmu lebih bersih, dan dengan itu akan mengangkat derajatmu. Hingga kelak engkau menghadapNya dalam keadaan yang terbaik.
Apakah engkau bisa menjamin, tanpa kepedihan ini pengharapanmu lebih bermakna, doa yang kau panjatkan lebih indah. Apakah engkau juga yakin kelapanganmu tak akan membuatmu lalai. Darinya engkau diberi kesempatan untuk menyempurnakan bekalmu yang belum memadai.
Kenikmatan yang meninggalkanmu, yang engkau sesali, bisa jadi ia mengalir ke ladang-ladang amalmu, menyuburkannya, buah yang engkau petik lebih banyak. Kekuranganmu dalam suatu hal, melebihkanmu pada hal lain.
Maka, tentang kepedihan yang menimpamu, jika engkau ukirkan pada kesabaranmu akan membuatnya lebih indah, jika engkau poleskan pada syukurmu akan membuatnya lebih berkilau, jika engkau kaitkan pada putus asamu ia akan semakin berat bebanmu, dan jika engkau tanam pada kemarahanmu ia akan menghempaskanmu.
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apa bila ia mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah  yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya." (HR: Muslim)
Dan bukan hanya untuk dirimu, maukah engkau berbagi? (dakwatuna)

Selasa, 12 November 2013

Cara Alternatif Menghadapi Virus Komputer


Sering berurusan dengan virus komputer? Sepertinya sudah sulit menemukan komputer di sekitar kita yang benar-benar bersih. Mungkin pemiliknya malah tidak menyadari keberadaan virus tersebut, atau mungkin sudah putus asa dan cuek, bolak-balik ke tukang servis virusnya tetap ngendon.

Komputer sudah menjadi seperti kebutuhan pokok bagi kita, namun kebanyakan kita juga tidak terlalu paham IT. Keberadaan software antivirus sudah menjadi kebutuhan wajib, hampir selalu ada, namun kenyataannya masih sering jebol juga.

Selalu mengupdate antivirus versi terbaru bisa lebih memberikan jaminan keamanan, tetapi kebanyakan antivirus memakan memori yang cukup besar pula. Menggunakan antivirus besar menyebabkan komputer kita makin lemot, sedang antivirus kecil biasanya kurang handal.

Sebenarnya ada beberapa cara alternatif untuk menghadapi serangan virus selain dengan menggunakan antivirus biasa, yang bisa dilakukan oleh user pemula. Cara-cara di bawah ini efektif sebagai pencegahan, sebelum virus masuk ke sistem di komputer.

1. Memblokir Aplikasi di Flash Disk

Ada fitur unik yang terdapat pada PC Media Antivirus, memblokir semua aplikasi yang terdapat pada removable disk. Semua aplikasi baik virus maupun bukan, tidak bisa dieksekusi bila fitur ‘block programs on removable disk’ diaktifkan. Di samping itu kebanyakan virus yang beredar di sekitar kita bersumber dari flash disk.
PCMAV sendiri adalah antivirus yang cukup baik dan tidak banyak memakan memori.

2. Membekukan Hard Disk

Deep Freeze adalah software keamanan yang memungkinkan sistem kembali pada kondisi yang diinginkan. Perubahan apapun yang terjadi termasuk yang diakibatkan virus tidak akan tersimpan. Begitu komputer direstart, akan kembali pada kondisi semula.

Cara pertama dan kedua ini sudah cukup efektif sebagai pengamanan komputer untuk penggunaan pribadi.

3. Memblokir Aplikasi Tak Dikenal

Dengan cara ini komputer hanya akan menjalankan program-program yang telah dikenali. Bila ada program yang baru atau terinfeksi oleh virus, maka tidak akan bisa dijalankan. Bisa menggunakan beberapa software seperti BeyondLogic, TrustNoExe dan Faronics AntiExecutable.

4. Menggunakan Virtual Machine

Cara ini lebih spesifik untuk anda yang berkepentingan mengelola data yang harus terjamin keamanannya, misalnya data tabungan nasabah. Software yang bisa dipakai di antaranya Microsoft Virtual PC. Dengan cara ini memungkinkan dalam satu komputer mensimulasikan banyak sistem operasi yang terpisah satu sama lain, sehingga terlindung dari serangan virus.

5. Backup Sistem

Hanya membutuhkan beberapa menit untuk memulihkan sistem yang rusak. Bisa menggunakan fasilitas backup bawaan Windows atau software lain yang lebih familiar seperti Norton Ghost, DriveImage XML dan lain-lain.

Di samping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan keamanan komputer anda.

1. Hati-hati menyimpan atau mencopy software, terutama yang berisi file-file aplikasi. Apalagi bila ditaruh di flash disk yang keluar masuk pada banyak komputer. File aplikasi dengan ekstensi exe, scr, dll, cpl dan html sangat rawan ditempeli virus. Sebaiknya disimpan dalam bentuk file kompresan, bisa menggunakan Winzip, Win Rar, 7z dan sebagainya. Atau bisa juga dalam bentuk cd image, bisa menggunakan Ultra Iso, Power Iso, dan lain-lain. Data akan lebih terlindungi.

2. Biasakan familiar dengan hidden file dan ekstensi file. Untuk merubah setingannya bisa membuka Folder and search option. Bila menemukan file dengan ikon yang mirip dokumen, folder, gambar, namun berekstensi lain (exe atau scr) maka patut dicurigai.

3. Lebih aman membuka dokumen dari program induknya, bukan double klik filenya dari explorer. Misalnya untuk membuka ketikan, buka dulu Microsoft Word baru membuka filenya.

4. Jangan sembarangan menginstal berbagai program. Lebih aman menginstal dari CD/DVD atau yang masternya dalam bentuk file kompresan. Kebiasaan menginstal menggunakan hard disk external atau flash disk rawan membawa virus.

Semoga bermanfaat.

Perpustakaan Kecil Di Sudut Rumah Sakit


Suasana di ruang tunggu poliklinik ini terasa sesak. Orang-orang berdesakan duduk di kursi yang di sediakan. Dengan raut yang agak lelah, seorang perempuan paruh baya menghampiri ruang perawat.
“Gimana Mbak, sudah ada kamar? ”
“Maaf ya Bu, masih penuh sekali.” Jawab seorang perawat berseragam biru muda itu.
“Dari kemarin Bapak saya mau masuk, belum dapat juga. Kapan bisa masuk Mbak?”
“Belum tahu ya Bu, yang ngantri di sini saja masih banyak, belum lagi yang dari IGD sana. Memang beberapa hari ini penuh banget Bu. Atau coba ke Rumah Sakit lain, Dokternya kan tidak hanya praktek di sini.”
“Sudah coba hubungi, semua rumah sakit sama-sama sedang penuh Mbak.”
Aku tak habis pikir, masyarakat ini bukanlah komunitas orang-orang bodoh atau buta huruf, namun peradaban modern dengan pencapaian teknologi dan pengetahuan yang dicapainya tidak membuat masyarakat ini mampu membebaskan diri dari berbagai problem kesehatan. Masyarakat ini juga bukan komunitas orang-orang kurang gizi dan serba kekurangan, namun dengan kemakmuran yang dicapainya tidak membuatnya mencapai derajat kesehatan yang baik. Hampir semua orang yang aku temui, memiliki keluhan tentang persoalan kesehatan yang mereka hadapi.
Menempati salah satu kamar di rumah sakit membutuhkan biaya tidak sedikit. Juga bukan sesuatu yang dicitakan orang-orang. Kalau ditawarkan, hampir tidak ada yang mau menyandang predikat sebagai orang sakit. Namun yang terjadi, begitu banyak orang sampai putus asa hanya untuk mendapatkan kesembuhannya. Hingga tiap hari berduyun-duyun orang mendatangi poliklinik ini dan memenuhi setiap kamar rawat inapnya.
Untuk kesekian kalinya persoalan seperti ini kujumpai. Bahkan aku sendiri juga sudah terlalu sering merasakannya, antrean panjang untuk mendapatkan sebuah kamar di rumah sakit ini. Di antara perasaan harap-harap cemas aku beranjak keluar, mungkin harus menunggu sampai malam baru bisa masuk, seperti biasanya.
Aku menuju teras masjid di sebelah gedung ini. Tempat yang membantuku meluruhkan kejenuhan, untuk kesekian puluh kalinya menemani ibuku yang harus menjalani kemoterapi. Pohon-pohon yang rimbun di sekitar masjid ini membuat suasana di sini cukup segar. Ditambah keberadaan lapak yang menjual buku-buku menumpang di teras masjid ini, membuatku betah di sini. Penjual bukunya adalah penjaga masjid ini, yang bertanggung jawab untuk urusan kebersihan hingga mengingatkan orang-orang ketika tiba waktu shalat. Aku bisa menumpang membaca berbagai buku di sini, aku anggap seperti perpustakaan kecil di sudut rumah sakit.
“Di depan masjid ini, nantinya akan dibangun gedung baru.”
Tak terlalu jelas aku mendengar pembicaraan itu. Ternyata jawaban dari antrean panjang pasien-pasien yang membludak adalah membangun gedung-gedung baru yang megah. Tentunya bukan hanya menambah jumlah kamar rawat inapnya, termasuk juga dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan. Memang secara fisik rumah sakit ini kurasakan masih tertinggal, bangunan-bangunannya memang masih jadul. Meski demikian, telah memiliki berbagai prestasi yang istimewa, seperti transplantasi hati yang belum pernah berhasil dilakukan rumah sakit lain di negeri ini.
Aku juga mendengar bahwa di kota atas sana, akan dibangun rumah sakit baru yang lebih besar dari rumah sakit ini. Sebuah harapan bagi orang-orang sakit untuk mendapatkan fasilitas yang lebih baik, perbaikan teknologi pengobatan untuk harapan kesembuhan yang lebih baik. Namun  apakah ini juga  merupakan sebuah ‘optimisme’ tentang masa depan masyarakat kita yang masih akan dipenuhi orang-orang sakit?
Tidakkah masa depan yang kita impikan adalah suatu kehidupan masyarakat yang sehat, terbebas dari tetek bengek persoalan sakit, orang-orang tidak lagi membutuhkan dokter dan obat, poliklinik dan rumah sakit tak lagi dikunjungi orang?
Kusadari harapa indah ini merupakan sesuatu yang  mustahil terwujud, dan baru akan terwujud di surga kelak. Antara sehat dan sakit, kemudahan dan kesulitan, atau kekuatan dan kelemahan adalah takdirNya yang senantiasa mengiringi kehidupan makhlukNya di dunia ini. Allah memberi karunia akal pikiran yang membuat manusia menjadi makhluk luar biasa, tapi manusia juga tidak diciptakan sebagai makhluk super yang bebas sama sekali dari kelemahan.
Tinggal bagaimana kita memaknai keberadaan sakit beserta hikmah-hikmah yang menyertainya. Menjadikan sakit sebagai sarana untuk mengerti makna nikmat kesehatan, yang sering terlupakan begitu saja. Atau meluruhkan keangkuhan kita di hadapan Sang Pencipta, lebih mudah menerima nasehat, mengasah rasa kesetiakawanan, serta menunjukkan kelemahan dan kebutuhan seorang hamba. Bisa juga membuat kita lebih berhati-hati dalam menjalankan pola hidup, mengendalikan diri, lebih takut untuk mengabaikan batas-batas laranganNya. Sakit terkadang menjadi suatu inspirasi yang hebat, yang bermanfaat bagi peradaban.
Dua tahun kemudian, aku tiba kembali di rumah sakit ini setelah sekian lama tak pernah menyambangi. Hanya sesekali lewat jalan raya di depannya, melihat gedung megah yang sedang dibangun. Ketika tiba waktu shalat, aku beranjak menuju masjid yang cukup jauh di ujung sana. Juga kerinduanku pada perpustakaan kecil di terasnya, penjual bukunya tak pernah melarangku menumpang membaca buku-buku yang digelar di lapak.
Dan, perpustakaan itu sudah tidak ada bersama tumbangnya sebagian pohon-pohon yang rimbun di sekitar masjid ini. Gedung megah itu sudah hampir jadi, sekaligus membutuhkan perluasan halaman dan tempat parkir. Akhirnya lapak buku dan pohon-pohon itu tergilas juga oleh tuntutan pembangunan.
Seberapa pentingkah keberadaan lapak penjual buku di sudut rumah sakit ini. Mungkin mereka menganggap keberadaannya tidak urgen dengan keperluan rumah sakit. Persoalan kesehatan ini mungkin dianggap cukup diselesaikan  oleh secarik resep dokter untuk ditukar dengan sejumlah obat di apotek, atau berbagai peralatan canggih untuk mendiagnosa dan melakukan tindakan.
Ketika semakin hari, berduyun-duyun semakin banyak pasien yang mengantre di rumah sakit ini, tidakkah kita sedikit membuka mata untuk menemukan apa yang salah dari kehidupan kita? Tentang apakah yang menyebabkan sebagian besar kita terbelit permasalahan kesehatan.
Barangkali dari buku-buku yang tersisihkan itu, kita mendapatkan petunjuk untuk menjawab persoalan ini. Membuka cakrawala pengetahuan tentang pola hidup yang baik, kebiasaan yang sehat atau yang sebaliknya, tanpa disadari berakibat buruk bagi tubuh sehingga mesti dihindari. Tentang menata jiwa, emosi dan mengendalikan diri. Pengetahuan dari para ahli tentang kesehatan hingga ajaran dari Sang Pencipta untuk para hambaNya, untuk membimbing kita secara utuh untuk menjalani segala aspek kehidupan dengan baik.
Ketika di antara kita banyak yang sudah berputus asa menjalani upaya medis, teknologi yang kian canggih tidak mampu memberi kesembuhan yang kita harapkan. Sebagian jawabannya barangkali bisa ditemukan dalam buku-buku itu. Tentang hal-hal yang seolah tidak ada kaitannya dengan pengobatan, dengan doa, taubat atau sedekah, hingga orang-orang yang pernah mengalami keajaiban ini bisa sharing melalui buku-buku itu.
Betapa pengetahuan kita yang hidup di zaman modern ini seringkali tertinggal termasuk hal-hal yang berhubungan dengan tubuh kita sendiri. Dalam bimbingan wahyu, Rasul kita mengajarkan tentang berbagai kebajikan secara menyeluruh, termasuk tuntunan untuk hidup dengan sehat. Ajaran tentang memilih makan makanan yang baik, makan dan minum dengan cara yang baik, mengunyah dengan sempurna, tidur yang baik, ajaran tentang kebersihan dan masih banyak hal yang bagi manusia modern ini justru teramat asing. Kebanyakan kita sepertinya terlalu primitif dalam menjalani hidup bila dibandingkan dengan pengetahuan Rasul berabad silam.
Tanpa disadari berbagai kebiasaan yang kita lakukan ternyata berakibat tidak baik. Kita terbiasa minum atau makan buah sesudah makan sebagai cuci mulut, makan atau minum terlalu dekat sebelum tidur, meniup makanan panas, yang kita merasa kebiasaan itu baik-baik saja padahal sebenarnya mengganggu kesehatan. Sementara hal-hal tidak baik yang sudah kita ketahui pun, masyarakat modern ini belum mampu melepaskannya. Budaya junk food, makanan kita yang mengandung bahan kimia berbahaya, pengawet, pestisida, pewarna dan masih banyak hal buruk yang belum mampu dihindari. Ketidakmampuan kita menyelaraskan aktifitas jasad dan ruh, menempatkan kerja, istirahat dan ibadah. Sehingga sudah maklum jika berbagai persoalan kesehatan membelit kita.
Sejak kecil kita sudah begitu akrab dengan yang namanya obat. Ketika orang tua kita menerjemahkan kata kasih sayang kepada anak dengan secepatnya membawa ke doktrer bila menderita sakit. Tak tega melihat si kecil sakit, pokoknya ingin secepatnya sembuh. Tak sabar menunggu lama, maunya minta dosis yang lebih tinggi. Dan kebodohan ini juga menghinggapi kalangan menengah ke atas yang lebih terpelajar.
Aku dengar di negara-negara Eropa seperti Belanda, dokter di sana tidak mudah memberikan obat, apalagi bagi anak kecil. Kalau sekedar flu, paling-paling disuruh banyak minum dan istirahat, diberi surat ijin sakit. Antibiotik, penurun panas, pengurang rasa sakit, bahkan sekedar suplemen tidak diberikan. Beda dengan persepsi masyarakat kita bila datang ke dokter, harus selalu mendapatkan obat dan cepat sembuh. Sakit yang menimpa kita sejak kecil seperti flu, dianggap sebagai siklus yang sudah biasa, biarkan sembuh dengan sendirinya agar kekebalan tubuh kita terlatih.
kapanpun orang sakit akan senantiasa ada, sudah merupakan bagian dari kodrat kita. Upaya untuk mengobatinya senantiasa dibutuhkan, namun upaya pencegahannya tidak semestinya kita abaikan. Bukan hanya untuk membangun berbagai fasilitas pengobatan, namun juga upaya pencegahannya, sebelum penyakit datang menimpa.
Aku berharap perpustakaan kecil ini suatu hari nanti kembali diberi tempat, untuk membuka berbagai cakrawala pengetahuan yang berguna. Aku juga berharap suatu hari nanti, lebih banyak orang sehat yang mendatangi dokter dan rumah sakit dalam upaya meraih kehidupan yang berkualitas dan sehat sebelum penyakit datang menimpa, daripada orang-orang yang telah terlanjur sakit untuk berobat. Aktifitas medis lebih banyak digunakan untuk mencegah daripada mengobati. (dakwatuna)

Senin, 07 Oktober 2013

Mawar Di Tepi Pematang


Nama pemakaman Bergota ini sudah sering aku dengar, namun baru sekali aku menyusuri ujung-ujungnya. Kurasa pemakaman teramat luas bila dibandingkan makam di desa-desa kecil sekitar tempat tinggalku. Perhatianku juga tertuju pada bunga mawar yang dijajakan para pedagang di makam ini, mungkin bunga-bunga ini dipetik dari sekitar desa-desa yang dekat dengan tempat aku tinggal.

Bunga mawar ini yang membuat aku tak habis pikir, dari harganya yang teramat menakjubkan, begitu tinggikah nilai yang dimilikinya? Mengapa sayur atau buah yang tidak hanya lezat namun kandungan gizinya sangat bermanfaat, harganya tidak sebaik bunga-bunga yang hanya untuk ditaruh berserakan layu di atas makam-makam ini?

Kadangkala para petani teramat terpukul, ketika harga sawi, tomat atau wortel sedang jatuh, hanya tiga ratus rupiah tiap kilonya, hingga dibiarkan membusuk di tangkainya, atau untuk makanan ternak seperti halnya rerumputan. Jangankan untuk mengembalikan modal, untuk memetik dan membawanya ke pasar saja tidak menutup ongkos. Sedang bunga mawar ini seukuran keranjangnya bisa mencapai ratusan ribu rupiah di hari tertentu seperti Lebaran, bahkan pada hari Jum’at Kliwon bulan Ruwah kemarin mencapai tujuh ratus ribu rupiah.

Dan andai para penghuni kubur ini dapat berbicara dengan kita, kuyakin mereka akan menangis, mengapa ungkapan cinta dan persembahan yang kita berikan untuk mereka hanya berupa bunga-bunga yang akan layu berserakan. Seandainya persembahan kita untuk para penghuni kubur ini diwujudkan dalam bentuk menyantuni orang miskin, anak yatim atau kaum papa yang teramat membutuhkan, niscaya akan lebih bermanfaat bagi ahli kubur ini dan juga bagi kita. Para ahli kubur ini dirugikan oleh bunga-bunga tersebut, karena mengurangi amal dan sedekah yang semestinya kita berikan dalam bentuk lain yang lebih bermanfaat. Tak jauh di sebelah pemakaman ini, di antara orang-orang yang berada di rumah sakit itu, terdapat orang-orang yang begitu merasakan nilai rupiah demi rupiah untuk menyambung asa. Tidakkah kita berpikir uang puluhan ribu untuk beberapa kuntum bunga itu akan lebih bermakna bila diberikan pada hal-hal yang berfaedah.

Aku berpikir, rejeki nomplok yang didapat petani itu lebih barokah dan halalan thayyiban jika diperoleh dari penjualan tanaman pangan, buah, atau sayur yang mengandung nutrisi yang baik dan menyehatkan. Namun sepertinya para petani tidak mempunyai kuasa untuk menentukannya, mungkin hal ini merupakan sebuah ujian yang telah ditetapkan bagi mereka. Aku sering mendengar konon uang yang didapat dari penjualan bunga ini meski banyak, namun cepat habisnya. Mungkin seperti yang pernah kudengar dari seorang pedagang tembakau bahwa jual beli tembakau kebanyakan berujung maksiyat.

Rasulullah SAW pernah meletakkan pelepah kurma basah di atas sebuah kubur. Namun setahuku hanya dilakukan sekali saja, bahkan juga tidak memerintahkan para sahabat dan umatnya untuk mencontoh tindakan tersebut. Beliau SAW tidak memerintahkan kita meletakkan pelepah kurma, pelepah pisang, pelepah kaktus atau bunga di atas makam. Setahuku, basahnya pelepah tersebut merupakan tenggang waktu atas syafaat Beliau SAW berupa keringanan hukuman sementara. Wallahu a’lam.

Hanya menurut logikaku, jika di Negeri Arab yang tandus ditradisikan meletakkan pelepah kurma basah di makam, maka akan mengancam ketahanan pangan penduduknya. Di Pulau Bali yang subur saja penggunaan janur untuk sesaji menghancurkan produksi tanaman kelapa di daerah tersebut, bahkan masih kurang, harus mendatangkan janur dari luar. temtunya logika di pikiran kita tak selamanya benar. Di Negeri Arab yang tandus, tiap musim Haji disembelih jutaan kambing untuk kurban dan membayar dam, namun di sana tidak pernah kekurangan kambing. Konon kambing di sana diberi makan kertas, tapi kambingnya gemuk-gemuk. Sedang di negeri yang subur dan kaya akan rumput segar ini, sulit membuat kambing menjadi gemuk. Tiap musim kurban harga kambing selalu melonjak, padahal yang melaksanakan kurban di daerahku hanya segelintir orang saja dari yang seharusnya mampu. Katanya di sana enam ratus ribuan bisa mendapatkan seekor kambing, jauh lebih murah dibanding di negeri ini.

Maka pada setiap akhir Ramadhan, harga bunga yang begitu menggiurkan membuat para pemetik bunga tak tertarik lagi akan keutamaan bulan suci tersebut atau iming-iming pahala lailatul qadar. Kesibukan memetik bunga tidak lagi mengenal waktu siang dan malam, bahkan terkadang harus berjaga malam di sawah untuk mengamankan bunga dari pencuri. Hingga ketika lebaran, uang banyak yang didapat dengan cara mudah tersebut mungkin menjadi penyebab orang-orang begitu enteng mengeluarkannya untuk hal-hal yang berbau hura-hura, kembang api dan petasan. Sebagaimana melonjaknya harga tembakau, sering diikuti melonjaknya kasus perceraian, HIV dan bubarnya majelis ilmu hingga bubarnya jamaah shalat Jum’at.

Dan semoga aku senantiasa diberi keteguhan akan tekadku ini, sekalipun bunga mawar atau tembakau mengiming-imingi aku uang yang melimpah, aku lebih memilih menanam tanaman yang memberi manfaat bagi orang-orang. Jika hasil yang kudapat di dunia ini tidak sebaik yang mereka dapat, aku berharap semoga menjadi simpananku di akherat kelak. Namun aku juga berharap jika suatu saat nanti saat kesadaran orang-orang telah terbuka, tanaman-tanaman yang halalan thayyiban ini menjadi lebih berharga. Atau kelak orang-orang menanam bunga ini untuk dimanfaatkan madunya yang bermanfaat, bukan untuk sesaji di atas pusara.

Pilihan untuk menebar kemanfaatan ini aku harap menjadi motivasi agar aku masih dikuatkan untuk melanjutkan karya di antara ketidakberdayaanku ini. Rumah sakit sebelah pemakaman ini, hampir dua puluh tahun ini menjadi saksi, hingga pernah menjadi seperti rumahku yang ke dua. Tempat di mana lebih mudah untuk mengerti makna kehidupan, pengharapan, syukur dan kesetiakawanan.

Wahai bunga mawar di tepi pematang, engkau begitu indah dipandang, namun setelah itu layu begitu saja. Aku lebih terkesan pada seonggok bangkai yang terbuang, namun ada makhluk lain yang mengambil faedahnya. (dakwatuna)